Sebagai pengantar mari kita simak komentar seorang
irfan (sufi besar) yaitu Allamah Syeikh Jawad Al-Maliki At-Tabrizi
berpesan agar kita selalu memperhatikan adab tidur, supaya Allah Yang
Maha Dermawan memberi karunia kepada kita dalam tidur kita, yaitu
karunia yang agung sebagaimana yang telah dikaruniakan kepada para nabi,
para wali dan orang-orang mukmin dalam tidur mereka.
Selain itu agar kita tahu bahwa Allah swt
menganugrahkan pengenalan diri kepada sebagian mereka dalam tidur
mereka, sehingga seolah-olah ia melihat dirinya berada di alam yang
tinggi dan hakikat dirinya bercahaya, dan seolah-olah dirinya menyatu
dengan hakikat malaikat maut. Berkat keagungan kondisi ruhani ini ketika
terbangun seolah-olah ia melihat malaikat itu merapatkan tubuhnya
padanya. Kemudian ia bertanya-tanya, mengapa ini terjadi… sampai keadaan
itu menghilang darinya.
Wahai saudara-saudaraku, betapa banyak makrifat yang
diungkapkan pada seorang Salik (penempuh perjalanan ruhani) dalam
mimpinya; dan betapa banyak Maqamat (stasiun-stasiun perjalanan ruhani)
yang dikaruniakan kepadanya melalui mimpi-mimpinya yaitu bertemu dengan
para Nabi (as ), para Imam (sa) dan para ulama besar (ra).
Ada suatu hadis yang menjelaskan tentang maksud firman Allah swt:
وَلَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ
“Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat.”
(Yunus: 64). Menurut hadis tersebut bahwa yang maksud dengan kata
“Al-Busyra fil hayatid dun-ya” (berita gembira dalam kehidupan di dunia)
adalah mimpi yang baik yang dirasakan oleh seorang mukmin, atau
pengalaman ruhani yang diperlihatkan dalam mimpinya.
Allamah Syeikh Jawad Al-Maliki At-Tabrizi banyak
mencapai keinginannya melalui tidurnya. Yaitu, ketika beliau mimpi
bertemu dengan Ma’shumin (orang-orang suci), dan mereka mengilhaminya
karunia-karunia yang agung dalam tidurnya, ia merasakan kelezatan dan
kebahagiaan ruhani pada saat bangun dari tidurnya akibat dari kelezatan
ruhani yang ia rasakan dalam mimpinya. Sehingga, setiap menjelang tidur
ia penuh harapan dan keinginan untuk memperoleh mimpi seperti itu.
Ada salah seorang bertanya kepadanya: Bukankah
kesenangan itu hanya dalam mimpi? Ia menjawab: Aku menyukai yang
demikian. Lalu ia melanjutkan jawabannya dalam bentuk syair berbahasa
Persia, yang artinya:
Aku, aku berzikir kepada-Mu dalam kesunyian
ingin melihat keindahan-Mu dalam tidurku
Sehingga ketika aku bangun dari tidurku
Engkaulah yang pertama datang ke dalam kalbuku
(Adab Tidur oleh Allamah At-Tabrizi)
Aku, aku berzikir kepada-Mu dalam kesunyian
ingin melihat keindahan-Mu dalam tidurku
Sehingga ketika aku bangun dari tidurku
Engkaulah yang pertama datang ke dalam kalbuku
(Adab Tidur oleh Allamah At-Tabrizi)
Adab-Adab Tidur
Di antara adab tidur adalah menghadapkan wajah kita ke kiblat dan hati kepada Allah swt, menyebut nama-nama Allah, melakukan amalan-amalan menjelang tidur sesuai dengan kemampuan, menyerahkan jiwanya kepada Allah Yang Maha Agung, dan mengamalkan amalan-amalan yang terpenting menjelang tidur, yaitu:
Di antara adab tidur adalah menghadapkan wajah kita ke kiblat dan hati kepada Allah swt, menyebut nama-nama Allah, melakukan amalan-amalan menjelang tidur sesuai dengan kemampuan, menyerahkan jiwanya kepada Allah Yang Maha Agung, dan mengamalkan amalan-amalan yang terpenting menjelang tidur, yaitu:
• Mbaca Bismillahir Rahmanir Rahim dalam hati dan lisan.
• Membaca Surat Al-Kahfi 110, sambil merenungi kandungan maknanya, yaitu:
• Membaca Surat Al-Kahfi 110, sambil merenungi kandungan maknanya, yaitu:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ اِنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَ لاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدَا
Qul innamâ ana basyarun mitslukum yûhâ ilayya, innamâ
Ilâhukum Ilâhun wâhid, faman kâna yarjû liqâa Rabbihi falya’mal ‘amalan
shâlihan walâ yusyrik bi’ibâdati Rabbihi ahadâ.
Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya
Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada
Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110).
• Membaca surat Al-Baqarah 285, sambil merenungi kandungan makna, yaitu:
آمَنَ الرَّسولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَ الْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَ مَلاَئِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَك رَبَّنَا وَ إِلَيْك الْمَصِيْرُ
Amanar Rasûlu bimâ unzila ilayhi mir Rabbihi wal
mu’minûna, kullun âmana billâhi wa malâikatihi wa kutubihi wa rusulihi,
lâ nufarriqu bayna ahadin mir rusulihi, wa qâlû sami`nâ wa atha`na
ghufrânaka Rabbanâ wa ilaykal mashîr.
Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang
diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian juga orang-orang yang
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): Kami tidak
membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari
rasu-rasul-Nya, dan mereka berkata: Kami dengar dan taat. (Mereka
berdoa): Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan Engkaulah tempat kembali. (Al-Baqarah: 285).
• Membaca Tasbih Az-Zahra’, yaitu: Allahu Akbar (34 kali), Alhamdulillah (33 kali), Subhanallah (33 kali).
• Membaca ayat Kursi (Al-Baqarah: 255)
• Membaca Surat Al-Ikhlash (21 kali atau 3 kali)
• Membaca (3 kali):
• Membaca ayat Kursi (Al-Baqarah: 255)
• Membaca Surat Al-Ikhlash (21 kali atau 3 kali)
• Membaca (3 kali):
يَفْعَلُ اللهُ مَايَشَآءُ بِقُدْرَتِهِ وَيَحْكُمُ مَايُرِيْدُ بِعِزَّتِهِ
Yaf’alullâhu mâ yasyâu bi-qudratihi wa yahkumu mâ yurîdu bi-’izzatih.
Allah melakukan apa yang diinginkan dengan kekuasaan-Nya dan menetapkan apa yang dikehendaki dengan keperkasaan-Nya.
Allah melakukan apa yang diinginkan dengan kekuasaan-Nya dan menetapkan apa yang dikehendaki dengan keperkasaan-Nya.
• Membaca surat Ali-Imran 18:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَ الْمَلاَئِكَةُ وَ أُولُوا الْعِلْمِ قَائِمَا بِالْقِسْطِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكيمُ
Syahidallâhu annahû lâ ilâha illâ Huwa, wal malâikatu wa ûtul ‘ilmi, qâiman bil-qisthi, lâ ilâha illâ Huwal ‘azîzur rahîm.
Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia
Yang Menegakkan keadilan; para malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan demikian). Tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Perkasa
dan Bijaksana.(Ali-Imran: 18).
• Membaca istighfar
(Mafatihul Jinan, kunci-kunci surga, bab 1, halaman 126)
(Mafatihul Jinan, kunci-kunci surga, bab 1, halaman 126)
Amalan Fatimah Az-Zahra’ (sa) Menjelang tidur
Fatimah Az-Zahra’ puteri Nabi saw berkata: Pada suatu malam menjelang aku tidur Rasulullah saw datang kepadaku. Lalu beliau bersabda: “wahai Fatimah, janganlah kamu tidur sebelum kamu mengamalkan 4 hal: menamatkan Al-Qur’an, menjadikan para Nabi sebagai pemberi syafaat bagimu, menjadikan orang-orang mukmin ridha kepadamu, melakukan haji dan umrah.” Fatimah bertanya kepada Rasulullah saw: Ya Rasulallah, engkau perintahkan aku empat hal yang tak mampu aku lakukan, Rasulullah saw tersenyum dan bersabda: “Jika kamu membaca Surat Al-Ikhlash (3 kali), kamu seperti menamatkan Al-Qur’an; jika kamu bershalawat kepadaku dan para nabi, kami para nabi akan menjadi pemberi syafaat bagimu di hari kiamat; jika kamu memohonkan ampunan bagi orang-orang mukmin, mereka akan ridha padamu; jika kamu membaca Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar, kamu seperti melakukan haji dan umrah.” (Mafâtihul Jinân, kunci-kunci surga, hlm 488)
Fatimah Az-Zahra’ puteri Nabi saw berkata: Pada suatu malam menjelang aku tidur Rasulullah saw datang kepadaku. Lalu beliau bersabda: “wahai Fatimah, janganlah kamu tidur sebelum kamu mengamalkan 4 hal: menamatkan Al-Qur’an, menjadikan para Nabi sebagai pemberi syafaat bagimu, menjadikan orang-orang mukmin ridha kepadamu, melakukan haji dan umrah.” Fatimah bertanya kepada Rasulullah saw: Ya Rasulallah, engkau perintahkan aku empat hal yang tak mampu aku lakukan, Rasulullah saw tersenyum dan bersabda: “Jika kamu membaca Surat Al-Ikhlash (3 kali), kamu seperti menamatkan Al-Qur’an; jika kamu bershalawat kepadaku dan para nabi, kami para nabi akan menjadi pemberi syafaat bagimu di hari kiamat; jika kamu memohonkan ampunan bagi orang-orang mukmin, mereka akan ridha padamu; jika kamu membaca Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar, kamu seperti melakukan haji dan umrah.” (Mafâtihul Jinân, kunci-kunci surga, hlm 488)