Kamis, 18 Oktober 2012

Saat sang Penjabut Nyawa Menyapa

Hai saudara-saudaraku, ingatlah satu sesak nafas adalah satu langkah menuju kubur kita, semakin hari sesungguhnya semakin dekat dengan kubur kita, kematian bukan hanya milik orang lain, tapi juga milik kita, kita pasti akan meninggalkan semua yang kita cari selama ini, ingatlah bahwa ajal bisa menjemput kita di mana saja, mungkin kala tidur, di kala berjalan, ingatlah bahwa ajal tidak bisa kita duga, mati matian kita memiliki dunia ini, tidak akan menahan kita walaupun sesaat, Wahai saudara saudaraku, kita pasti akan mati, dan kita pasti akan mempertanggungjawabkan apapun yang kita lakukan, tidak ada sedikitpun yang kita lakukan, kecuali pasti akan kembali pada diri kita sendiri. Allah melihat persis apa yang kita lakukan, Allah tahu segala kemaksiatan kita, Allah tahu lintasan hati, Allah tahu apa yang dipikirkan dan rencana-rencana busuk, Allah tahu di balik semua perilaku kita, andaikata ajal menjemput kita, siapkah kita?, andaikata malaikat maut menjemput kita pagi nanti, ingatlah saat sakaratul maut adalah saat yang paling pahit, kita sering melihat bagaimana hewan kurban yang tidak punya dosa, Allah memperlihatkan kepada kita, repotnya saat ajal berpisah dari tubuh ini, mata berkeliat, lidah menjulur, badan menggelepar gelepar, sesungguhnya, kitapun akan begitu, walaupun tampak tenang sesungguhnya pahit, kecuali bagi orang orang yang merindukan Allah.

Andaikata kita sudah mati. Tidak ada yang bisa menolong kita harta yang mati matian kita kumpulkan, membuat kita pusing sehari hari, tidak bias kita bawa, karena memang bukan milik kita tapi milik Allah, tinggallah secarik kain kafan yang dililitkan di tubuh kita, bayangkanlah andaikata tubuh kita sudah kaku, wajah sudah membeku, kain kafan sudah mulai dibungkus, bersyukurlah kita kalau kita ada yang mengurus, bayangkanlah andaikata diri kita sudah terbujur kaku, bersyukurlah kalau nanti ada yang mau menyolatkan kita, istri, suami dan anak anak kita, mungkin hanya menangis di sekitar kita, kita akan diusung ke kamar kita yang baru, yaitu liang lahat, kita kan dimasukkan ke dalamnya, beruntunglah kalu tubuh kita bias dihadapkan ke arah kiblat, keterangan menyebutkan beberapa mayat itu tidak bias dihadapkan ke arah kiblat, ada yang selalu berbalik lagi, atau kadang ada yang melenting seakan akan kubur tidak mau menerimanya, ini adalah benar, mungkin liang lahat tahu makhluq durjana yang akan menghuninya, wajah kita akan dibuka untuk menyentuh tanah, papan papan akan ditutupkan di sekitar kita, perlahan lahan orang yang kita cintai akan menghamburkan tanah, sehingga semakin gelap, semakin sendiri, mungkin anak-anak kitalah yang nanti menaburkan tanah, sahabat-sahabat kita, inilah pertemuan terakhir dengan mereka, tinggallah kita sendiri di dalam liang lahat, mereka semua akan pulang, belatung, cacing sudah mulai mengunyah tubuh kita, mata, telinga wajah, Tapi yang paling menjadi masalah adalah ketika mulai datang malaikat kubur, pasti datang!, mungkin pertanyaannya, wahai makhluk malang, berpuluh tahun kau hidup di dunia betapa banyak kau menghianati Tuhanmu. Yang selalu menjamumu, berapa banyak kau sia siakan nikmat Allah dan kau balas dengan penghkianatan, mungkin pada saat itulah dinding kubur gemerutuk menghimpit tubuh orang-orang yang durhaka, sebetulnya sholat kita akan membela, tapi sholat kita terlalu lemah karena tidak pernah khusyu’, mungkin sedekah kita akan membela, tapi sedekah kita terlalu lemah, karena terlampau kikir, mungkin shaum kita akan membela, tapi kita hanya shaum perut. Mata tidak pernah shaum , mulut tidak pernah berhenti menyakiti orang lain, tinggallah kita melolong lolong, paling yang kita tunggu adalah doa anak-anak kita, tapi bagaimana dia bisa berdoa kita tidak pernah mengajarkannya mengenal Allah dengan baik ?
Diberdayakan oleh Blogger.